-->

Adzan Terakhir Shahabat Bilal R.a

- 22.50

Kita pastinya sudah tahu, bahwa ketika Nabi masih hidup, setiap masuk waktu sholat, maka yang mengkumandankan adzan adalah Bilal bin Rabah. Bilal ditunjuk karena memiliki suara yang indah. Pria berkulit hitam asal Afrika itu memang mempunyai suara emas yang khas. Posisi Bilal semasa Nabi tak tergantikan oleh siapapun, kecuali saat perang saja, atau saat keluar kota bersama Nabi.


Karena beliau tak pernah berpisah dengan Nabi, kemanapun Nabi pergi. Hingga Nabi menemui Allah ta’ala pada awal 11 Hijrah. Sejak itulah Bilal menyatakan tidak akan lagi mengumandangkan adzan. Ketika Kholifah Abu Bakar Ra,memintanya untuk jadi mu’adzin kembali, dengan hati sedih bilal berkata: “Biarkan aku jadi muadzin Nabi saja. Nabi telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi.”


Abu Bakar Ra, terus mendesaknya, dan Bilal pun bertanya: “Dahulu, ketika engkau membebaskanku dari siksaan Umayyah bin Khalaf. Apakah engkau membebaskanmu karena dirimu apa karena Allah?
Abu Bakar Ra. hanya terdiam.
“Jika engkau membebaskanku karena dirimu, maka aku bersedia jadi muadzinmu. Tetapi jika engkau dulu membebaskanku karena Allah, maka biarkan aku dengan keputusanku.”

Maka Abu Bakar Ra pun tak dapat lagi mendesak Bilal Ra. untuk mengumandangkan adzan kembali.

Kepedihan,kesedihan karena ditinggal wafat Nabi Sholallohu 'alaihi wasallam, terus mengendap di hati sanubari Bilal Ra. Dan kesedihan itulah yang mendorongnya meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam, dan kemudian tinggal di Homs, Syria. Lama sekali Bilal Ra tak berkunjung ke Madinah, sampai pada suatu malam, Nabi  Sholallohu 'alaihi wasallam hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya:
“Ya Bilal, wa maa hadzal  jafa’? Hai Bilal, kenapa engkau tak mengunjungiku? Kenapa sampai begini?''
Bilal pun bangun terperanjat, segera saja dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah pada Nabi tercinta Sholallohu 'alaihi wasallam.Bertahun-tahun sudah dia meninggalkan kota Nabi.

Setibanya di Madinah, Bilal tersedu sedu melepas rasa rindunya pada Nabi Sholallohu 'alaihi wasallam,sang kekasih. Ketika itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa, menghampirinya. Keduanya adalah cucunda Nabi Sholallohu 'alaihi wasallam ., Sayyidina Hasan dan Husein. Sembari mata sembab oleh tangis, Bilal yang sudah beranjak tua memeluk kedua cucu Nabi Saw itu. Salah satu dari keduanya berkata kepada Bilal Ra.: “Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan buat kami? Kami ingin mengenang kakek kami.”
Saat itu, Umar bin Khattab yang telah jadi Khalifah juga sedang menyaksikan pemandangan mengharukan itu, dan beliau juga memohon Bilal untuk mengumandangkan adzan, meski hanya sekali saja.

Permintaan itupun kemudian dipenuhi Bilal Ra. Ketika waktu shalat tiba, dia naik ke tempat dahulu biasa dia adzan pada masa Nabi Sholallohu 'alaihi wasallam  masih hidup. Mulailah dia mengumandangkan adzan.

Ketika lafadz “Allahu Akbar” dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok nan agung, suara yang begitu dirindukan itu telah kembali.

Ketika Bilal melantunkan kata “Asyhadu an laa ilaha illallah”, seluruh isi kota madinah berlarian ke arah suara itu sembari berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan pun keluar.

Dan saat bilal mengumandangkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, Madinah pecah oleh tangisan yang sangat memilukan. Semua menangis, terbayang masa-masa indah bersama Nabi, Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya, lidahnya bagai tettahan oleh air mata yang berderai.

Hari itu, madinah mengenang masa saat masih ada Nabi Sholallohu 'alaihi wasallam.Mengenang senyumnya,nasehat-nasehat yang menyejukkan hati.Tak ada pribadi agung yang begitu dicintai seperti Nabi Sholallohu 'alaihi wasallam .

Adzan itu, adzan yang tak bisa diselesaikan itu, adalah adzan pertama sekaligus adzan terakhirnya Bilal Ra, semenjak Nabi Sholallohu 'alaihi wasallam wafat. Dia tak pernah bersedia lagi mengumandangkan adzan, sebab kesedihan yang sangat segera mencabik-cabik hatinya mengenang seseorang yang karenanya dirinya derajatnya terangkat begitu tinggi.

Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Sayyidina Muhammad dan keluarga beliau serta seluruh sahabat-sahabat beliau....aamiiin

Demikian catatan kisah teladan : adzan terakhir shahabat Bilal Ra,semoga menambah rasa cinta kita kepada Nabi Sholallohu 'alaihi wasallam dan sahabat beliau.
Wassallam

Advertisement

 

Start typing and press Enter to search