-->

KISAH KESETIAAN SUAMI

- 19.34

Berikut ini adalah kisah luar biasa Pak Suyatno yang semoga bisa dijadikan inspirasi dan motivasi dalam menjalani kehidupan berumah tangga,silahkan disimak.


Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun.


Mereka dianugrahi 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama dua tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnya pun tidak dapat digerakkan lagi.

Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian dan ada hiburan.

Meskipun istrinya tidak sanggup berbicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan  selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian.

Istrinya hanya bisa memandang tanpa bisa menanggapi, pak suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap akan berangkat tidur.

Kurang lebih 25 tahun rutinitas tersebut dijalani Pak Suyatno, dengan sabar dan telaten dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak-anak mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu ketika ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya.Sebab setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing-masing dan pak suyatno memutuskan akan tetap merawat istrinya , yang dia inginkan hanya satu, yaitu  semua anaknya berhasil/sukses.

Dengan kalimat yg lembut dan hati-hati anak yang sulung berkata ” Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak,bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu” dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-katanya. “sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan  bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.

Pak suyatno menjawab dengan jawaban yang sama sekali tidak diduga oleh mereka.

“Anak-anakku,Jikalau perkawinan dan hidup didunia ini hanya  untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian....(sejenak kerongkongannya tersekat), kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menggantinya dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini. Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah batin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan agar bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih sakit.”

Maka meledaklah tangis anak-anak pak suyatno, merekapun melihat butiran-butiran airmata mengalir dipelupuk mata sang ibu,dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya  itu.

Sampailah akhirnya pak suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada pak suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun  merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa,disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.Disitulah pak Suyatno  bercerita.



“Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) maka itu adalah kesia-siaan. Cinta itu adalah memberi.

Saya percaya Tuhan-lah yang memilihkan istri saya ini menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan hanya dengan mata, dan dia memberi pada saya 4 orang anak yg lucu-lucu. Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya, termasuk dikala sehat maupun sakit. Ketika dia sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit.

Sebuah kisah hidup yang bisa dijadikan motivasi dalam berumah tangga.

Advertisement

 

Start typing and press Enter to search