Din Syamsuddin : Gafatar Tidak Sama dengan ISIS
JAKARTA -- Din Syamsuddin berpendapat Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) tidak terlepas dari figur yg mengaku ngaku sebagai nabi (nabi palsu), Ahmad Moshaddeq, yang sudah dipenjara kurang lebih dua setengah tahun, dan sekarang telah dibebaskan. Lalu bergabung dengan kelompok lain yang menamakan dirinya Milatul Ibrahim.
"Ini memang sebuah istilah dalam Alquran sbg agama Ibrahim AS., yang merupakan bapak tauhid, atau monoteisme, pangkal dari kepercayaan samawi saat ini, yakni Yahudi, Nasrani dan Islam," ungkapnya usai konferensi pers di Hotel Century Park, Jakarta, Selasa (12/1).
Akan tetapi, koordinator umum Dewan Pertimbangan MUI ini menyatakan ajaran gafatar ini menampilkan sintesisme agama yang menyatukan kepercayaan agama langit tersebut (Yahudi, Nasrani dan Islam) serta di waktu yang sama menyimpang atau menyelewengkan ajaran-ajaran tertentu.
Seperti dalam ibadah-ibadah wajib umat Islam, berdasarkan ajaran mereka tidak wajib melaksanakan shalat, puasa serta berhaji. Ini sebuah bentuk paham yang sesat. Saat ditanya korelasi gerakan ini dengan ISIS, beliau meyakini Gafatar tidak sama dengan ISIS. Karena yg satu ingin mendirikan negara Islam dan yang satu mengajarkan sintesisme kepercayaan .
"saya tak punya data utk menyamakan Gafatar dengan ISIS. Tetapi masalah milah ibrahim ahmad mosadeq ini lebih dahulu ada(muncul) ketimbang ISIS, dan menurut saya tidak sama," ujarnya.
Gafatar yang mengajarkan sintesisme (percampuran) kepercayaan ini bahkan menurut pendapat Din juga mengajarkan kepada pengikutnya utk tidak menghormati orang tua biologis mereka. Sedangkan yang wajib buat mereka hormati ialah orang tua ideologis mereka. Hal inilah yg membuat Gafatar sangat mudah melakukan doktrin pada anak muda yang masih labil.