SuaraNetizen.com ~ Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham Lunggana alias Lulung dan Wakil Ketua DPRD Jakarta, Mohamad Taufik tak banyak berkomentar saat koleganya Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta, M Sanusi ditetapkan sebagai tersangka suap PT Agung Podomoro Land (APL) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Keduanya kehilangan taring saat menyoroti tindak pidana suap yang menyeret koleganya itu. Apa lagi, M Taufik tidak banyak berbicara saat KPK melakukan penahanan terhadap adik kandungnya tersebut.
Sikap yang ditunjukkan Lulung dan Taufik ini jelas berbeda sebelum Sanusi ditangkap dan ditahan KPK. Dulu, dua orang itu selalu berteriak lantang saat disinggung kasus dugaan korupsi. Terlebih, bila kasus korupsi itu menyinggung Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama.
Belum lupa ingatan publik, tiga serangkai yang terdiri dari Lulung, Taufik dan Sanusi kerap menuding Ahok koruptur. Sakin ngebetnya ingin Ahok di bui, Lulung dan Taufik menyambangi lembaga hukum KPK dan Bareskrim.
Keduanya menyerahkan berkas yang diklaimnya memenuhi bukti-bukti kuat jika Ahok melakukan korupsi. Mereka mendesak KPK atau Bareskrim menyeret Ahok di kasus dugaan korupsi Rumah Sakit (RS) Sumber Waras.
Bahkan, sebelum menyandang status tersangka di lembaga antirasuah, Sanusi menuding KPK lamban mengusut kasus korupsi sejak ditinggal mantan Plt Ketua KPK, Taufiequrachman Ruki. Sanusi juga menuduh lima pimpinan KPK yang baru menjabat main mata dengan Ahok sehingga RS Sumber Waras tidak diusut.
Saat pertama kali ditangkap, Taufik mengaku kaget. Politikus Gerindra itu tak menyangka jika adiknya terjaring operasi tangkap tangan (OTT) KPK.
"Seperti kita tahu bahwa ada peristiwa OTT dilakukan KPK kemarin. Jujur kami terkejut setelah ditelusuri ternyata anggota Gerindra kebetulan adik saya, terkejut," kata Taufik di Gedung DPRD DKI.
Senada dengan Taufik, Lulung juga mengaku kaget dengan penangkapan Sanusi oleh KPK. Menurut dia, Sanusi adalah sosok orang yang baik dan sederhana.
"Orang kan kita enggak tahu ya, (Sanusi) orangnya baik, enggak banyak omong dia juga low profile," ujar Lulung.
"Iya kita enggak tahu lah namanya orang. Saya aja yang kelihatannya galak aja aslinya baik," timpak Lulung.
Bukan hanya itu, pembelaan keduanya terus berlanjut saat Ahok menyebut gaya hidup Sanusi memang glamour. Lulung bersikeras bahwa kehidupan Sanusi sangat sederhana. Diklaim dia jam tangan milik Sanusi yang disebut-sebut seharga miliaran rupiah palsu.
"Kalau pakai jam saya lihat jam palsu semua. Kan saya jago jam juga, dari kecil jago jam," kilah Lulung.
Tak sampai di situ, Lulung dan Taufik terus menunjukkan perbedaan sikapnya menanggapi kasus dugaan korupsi yang menyeret Sanusi. Dulu keduanya teriak-teriak Ahok main mata dengan KPK terkait kasus korupsi.
Kini, dua pimpinan dewan DKI Jakarta itu memuji KPK dan menyebut lembaga antirasuah bekerja profesional. Keduanya, menyerahkan sepenuhnya kasus dugaan korupsi yang menyeret Sanusi ke KPK.
"Serahkan semuanya ke proses hukum KPK, KPK bekerja profesional tanpa tekanan apa-apa. Sehingga seperti menjadi KPK yang kita harapkan," pungkas Taufik. ©merdeka