-->

Meruntuhkan Argumen HTI yang Memakai Kedok NU

- 03.14

SuaraNetizen.com - Artikel ini saya tulis berdasarkan pengalaman berdialog dengan aktivis mahasiswa Hizbut Tahrir dan beberapa wacana di dunia maya ketika berbicara tentang Nahdlatul Ulama dan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia).


Artikel ini juga tidak hendak menyudutkan atau mencemarkan nama HTI, melainkan sebagai upaya klarifikasi dan “menjaga diri” dari ideologi yang bertentangan dengan garis perjuangan NU. HTI sebagai organisasi yang bervisi besar, yaitu hendak mendirikan kekhalifahan Islam di dunia, dalam ajakannya seringkali menggunakan penguatan argumen dengan berupaya menghubung-hubungkan persamaan visi antara NU dan HTI. Antara lain sebagai berikut.

1. HTI mengatakan bahwa Hadrassyekh KH Hasyim Asy'ari mempunyai keterkaitan pemikiran dengan Syekh Taqiyuddin an-Nabhani. Hal ini didasarkan pada sejarah ketika KH. Hasyim Asyari belajar ke Mekah yang salah satu gurunya adalah Syekh Yusuf an-Nabhani, ulama besar Sunni Syafi’i yang merupakan kakek dari Syekh Taqiyuddin an-Nabhani (pendiri Hizbut Tahrir).

Informasi tentang hubungan guru-murid ini memang benar. Namun, Syekh Taqiyuddin an-Nabhani sendiri tidak mengikuti jalan yang ditempuh oleh sang kakek yang berhaluan Sunni Syafi'i. Syekh Taqiyuddin merupakan aktivis dan tokoh gerakah Ikhwanul Muslimin sebelum kemudian membelot dan mendirikan gerakan sendiri bernama Hizbut Tahrir yang secara metode dan mazhab fiqih berbeda dari Aswaja An-Nahdliyah.

2. Untuk menjaring simpatisan Nahdliyin, HTI biasanya mengatakan bahwa KH Hasyim Asy'ari berkeinginan untuk menyatukan seluruh umat Islam dalam naungan sistem Islam yang satu (baca: khilafah). Hal ini mereka dasarkan atas gambar bola dunia dalam lambang NU.

Saya rasa ini keliru besar. Karena lambang Nahdlatul Ulama tidak pernah diciptakan oleh siapapun, melainkan berawal dari mimpi KH Ridwan Abdullah setelah lama berikhtiar dan shalat istikharah. Kiai yang bertugas membuat lambang NU tersebut bermimpi melihat gambar indah di langit biru yang jernih.

Gambar itulah yang kemudian dijadikan lambang NU atas persetujuan KH Hasyim Asy'ari. Sedangkan gambar bola dunia yang diikat oleh tali tambang dengan 99 lilitan tersebut bermakna kokohnya ukhuwah islamiyah dan insaniyah. Bukan penyatuan umat Islam dalam negara khilafah.

3. Komite Hijaz yang diketuai oleh KH Wahab Chasbullah pun tak luput untuk dijadikan bahan argumen khilafah. Komite Hijaz dijadikan dalil bahwa embrio NU waktu itu mengakui dan berperan aktif pada kehilafahan Islam yang ada di Arab Saudi.

Padahal Kiai Wahab dan kiai pesantren waktu itu bermaksud untuk melakukan upaya penolakan atas puritanisasi Islam oleh Wahabi khususnya rencana pembongkaran makam Rasul beserta keluarga dan sahabatnya, bukan soal dukung mendukung khilafah.

Argumentasi penyamaan visi NU dengan HTI runtuh pada puncaknya ketika KH Hayim Asy'ari menfatwakan Resolusi Jihad pada 22 okt 1945. Hadratussyekh Hasyim Asy'ari memfatwakan wajib membela tanah air (bukan membela agama) kepada masyarakat Surabaya dan sekitarnya pada radius 94 kilometer. Silakan pelajari latar belakang Resolusi Jihad NU. Di situ kita dapat melihat tingginnya nasionalisme dan patriotisme dalam diri Hadratussyekh Rais Akbar KH Hasyim Asy'ari yang tidak ada sama sekali dalam visi dan tradisi HT(I/NU Online).

Oleh M Abdul Fatah via NU Online:  Penulis adalah aktivis NU Kultural; alumni Pondok Pesantren Darullughah Wal Karomah, Probolinggo, Jawa Timur

Advertisement

 

Start typing and press Enter to search